Serem (Serial Misteri) 1: Sendekala Esuk
Seputar 50 tahun lalu, satu perkampungan barusan dibuka, penduduknya masih sedikit serta seputar masih berbentuk rimba belantara. Kampung itu dinamakan kampung "SESAT" sebab seringkali jumlahnya warga dari kampung yang lain akan pulang tersesat ke kampung itu. Cuma ada jalan setapak kecil yang masih tetap tertutupi oleh rimbunnya semak belukar, serta cukup dengan berjalan kaki dapat sampai ke kampung itu. Ada satu jalan aneh yang memutari kampung itu sampai seringkali orang yang tersesat dari sana. Banyak jurang disekitar yang tidak terlihat tertutup rimbunnya tanaman.
Panduan Mendaftar Member Slot Online |
Satu acara pesta besar 3 hari tiga malam diselenggarakan untuk rayakan pembukaan kampung, beberapa selingan diadakan dari mulai wayang kulit, lengger, kuda lumping dan lain-lain. Lurah kampung sudah diambil, Mbah Karto jadi lurah pertama dikampung itu. Beberapa orang dari kampung yang lain tiba kekampung itu, untuk turut nikmati selingan yang ada. Diantaranya ialah Kantong, masyarakat kampung Seberang. Seorang bocah usia 10 tahun yang pergi dengan teman-temannya untuk melihat wayang kulit. Tetapi mulai sejak itu Kantong belum pernah lagi kembali pada tempat tinggalnya. Sesaat tidak seorangpun kawannya yang mengetahui ke mana perginya Kantong. Masyarakat kampung cari Kantong, menurut dukun di kampung itu kantong dibawa Wewe Gombel sebangsa jin yang menurut keyakinan orang ditempat senang menculik anak kecil.
"TOOONG....TOOOONNNNGGGGG....TONGGGGGGGG..." Bunyi kentongan yang ditabuh warga untuk cari Kantong
"Kantong...Kantong..Kantong dimana kamu?! Pulang anakku! " Teriak orangtua Kantong
Waktu berlalu, sampai mendekati shubuh belum diketemukan. Hingga kemudian warga juga stop lakukan penelusuran di saat mendekati fajar atau orang ditempat mengatakan sendekala esuk.
Semenjak insiden itu makin banyak insiden sama berlangsung, banyak anak kecil yang hilang tanpa jejak seakan-akan ditelan bumi. Dukun ditempat menjelaskan Wewe Gombel aktornya, tetapi insiden yang sebetulnya warga tidak tahu. Orangtua yang kehilangan anaknya pada akhirnya cuma dapat pasrah serta geser dari kampung yang baru berdiri itu. Kampung yang barusan berdiri, pada akhirnya satu-satu dibiarkan oleh penduduknya hingga kemudian kampung itu jadi kampung kosong. Bangunan rumah yang mereka meninggalkan lama kelamaan lapuk serta ambruk. Semak belukar tumbuh makin meninggi serta menenggelamkan kampung itu. Pada akhirnya kampung itu hilang serta menjadi lagi rimba belantara. Apakah yang sebetulnya berlangsung tidak sempat ada seorangpun yang mengetahui. Bertambah anehnya lagi, masyarakat kampung itu satu-satu wafat.
Bunyi gamelan jawa terdengar dari terlalu jauh menemani malam yang makin sunyi. Mbah Karto si lurah kampung, salah satu masyarakat kampung yang masih tetap hidup serta tinggal di kampung itu masih duduk dimuka gubuknya yang mulai tertutup semak-semak. Satu cangkir kopi hitam serta rokok daun jadi temannya habiskan malam itu. Mbah Karto masih percaya, beberapa orang yang hilang akan kembali pada kampung itu. Beberapa orang yang ajaknya untuk keluar dari kampung itu serta geser ke kampung yang lain ada di sekelilingnya. Tetapi Mbah Karto tetap menampik dengan menjelaskan jika beberapa orang yang hilang pasti balik lagi.
Hari berlalu siang bertukar malam, makin lama orang lupakan Mbah Karto dan kampung itu. Satu kampung yang cuma berusia 1 minggu. Kampung yang sarat dengan mirakel yang sampai sekarang ini belum diketemukan jawaban ke mana beberapa orang yang hilang itu sebetulnya? Benarkah diculik oleh wewe gombel, atau jatuh ke jurang atau ada pembunuhan masal dikampung itu? Semua belum pernah ada yang mengetahui jawabannya sampai saat ini.
Bersambung